![]() |
Kalau Pelit Kuburannya Sempit! Ini Dia Prosedur Mandraguna Biar Tamar Berderma! |
"Kalau pelit kuburannya sempit!"
Inilah potongan singkat ceramah UAS, ustaz kondang sejuta follower yang menampar untuk membangunkan diri yang pelit! Dahulu, kalau dapat makanan pasti dimakan sendiri, kalau dapat duit ditimbun sendiri ya pokoknya ingat diri saja, tidak ingat punya saudara maupun sobat. Semoga sifat seperti ini sudah menjadi gelembung yang merangkak naik kemudian pecah dihempas angin. Aamiin.
Lalu, setelah dipaksa masuk Rohis, belajar agama, apalagi mendengarkan ceramah UAS, di situ kemudian insyaf, bahwa kita harus berbagi, ada hak dari apa yang kita punya untuk semua orang. Bahkan banyak cerita yang luar biasa dialami karena kebiasaan berbagi kebaikan seperti ini!
10 juni 2018. Saat aku lagi-lagi jadi pengangguran—padahal lulusan Universitas Negeri favorit di ibukota, di situ benar-benar down, lantas mendengar ceramah soal sedekah, akhirnya niat dan percaya bahwa sedekah itu bisa merubah nasib, bikin hoki kalau kata orang Tionghoa!
Akhirnya dipanggil kerja di kota, alhamdulillah … bahkan aku bisa lanjut kuliah, kerja pun dengan gaji double, dan bisa mengirim buat orangtua di kampung. Aku juga lebih semangat buat berkampanye ke teman-teman agar rajin bersedekah untuk menyelesaikan peliknya ujian mereka semisal belum dapat kerja, kerja pun gajinya sedikit, ada yang daftar beasiswa tapi tidak tahu lulus atau tidak, atau masalah Tugas Akhirnya.
Selain sedekah, mereka juga sholat malam, duha, dan mengaji. Tak lama kemudian mereka pun dapat pekerjaan yang benar-benar bermanfaat, ada yang dapat kerja gajinya lebih tinggi daripada aku, ada yang beasiswanya tembus, ada juga yang dimudahkan skripsinya dan akhirnya wisuda. Pokoknya sedekah itu begitu miracle!
25 februari 2020. Menjadi hari yang betul-betul akan selalu dikenang. Di mana aku harus meninggalkan pekerjaan. Lalu drama pandemi juga viral di Indonesia. PHK berjamaah pun terjadi di mana-mana, bulan-bulan yang mendekati ramadhan, akhirnya jarang sekali ada penerimaan karyawan apalagi musim pandemi seperti ini. Dan, sedihnya aku belum melunasi biaya perawatan kesehatan dari dokter, masih harus membayar kos, SPP kuliah, hingga KKN, sedangkan aku tidak memiliki pekerjaan lagi dan tentu tidak bisa meminta orangtua atau keluarga yang juga diuji dengan pandemi di kampung.
Ujian seperti ini sering membuahkan pemikiran, kebiasaan sedekah sekarang menjadi cukup bimbang. Bagaimana bersedekah? Apalagi berzakat? Bukankah kini aku yang paling membutuhkan? Lalu, aku mendengar ceramah ustaz Khalid Basalamah tentang kisah-kisah keajaiban sedekah. Di situ sambil menangis lalu tersadar, dari diri kita ada hak untuk orang lain, setidaknya apa yang kita miliki meskipun nilainya kecil tetap berikan hak untuk mereka yang membutuhkan.
Sejak hari itu aku tidak pernah lupa untuk bersedekah setiap hari!
Selalu memikirkan hari ini sedekah apa lagi, ya?
Lalu mengingat-ingat hari ini apa aku sudah bersedekah?
Terus aku masih punya apa ya untuk disedekahi hari ini?
Karena aku tahu, sedekah itu tidak harus menunggu menjadi orang kaya. Toh, kaya sejati adalah dia yang memberi!
Dan, aku begitu yakin, dari kebiasaan kecil ini pasti Allah akan memberi balasan terbaik, seperti kesehatan di tengah-tangah kepanikan sakit luar biasa, ketenangan hati saat Covid-19 mewabah, kebahagiaan diri meskipun jadi pengangguran, diberi saudara dan teman-teman baik yang siap membantu hingga dimenangkan event kepenulisan yang kuikuti, pasti ini adalah satu dari ribuan balasan yang Allah kasih. Ini baru di dunia, apalagi di akhirat, ya?!
Dan aku selalu percaya bahwa rezeki musang tidak akan dimakan harimau :)
"Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan." (Surat At-Thalaq : 7)
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
No comments:
Post a Comment