![]() |
satujam.com |
Pemuda
eksekutif itu hendak kembali ke kamar mem-packing barang-barangnya,
setelah itu ingin melihat kondisi project yang baru di-meeting-kan tadi pagi di ruang konvensi.
Diliriknya bukaan yang menghadap lantai bawah di tempat terbuka. Di situ ada
sosok yang asyik dengan gadget-nya. Ia pun berpaling, kemudian melangkah
lurus. Gadis itu begitu mirip dengan sosok yang diliriknya di dalam lift.
Beberapa saat kemudian dia sadar dan kembali. Ternyata gadis itu telah
beranjak. Maka pria berpakaian rapi itu mengikutinya.
Di
koridor hotel. Dia mencium bau itu lagi!
Bau melati yang dirindukannya. Hatinya pun tak karuan.“Kenapa dia seperti
kuntilanak yang muncul terus tiba-tiba hilang?” desisnya cemas.
Ia pun mengikuti wangi yang ditinggalkan sosok itu.
Gadis
yang ternyata dicari itu berhenti tepat di samping kamarnya. Ia kemudian masuk.
Saat menutup pintu sosok itu selintas melirik ke depan. Diam sudah tubuh laki-laki
itu macam batu nisan, memandang wajah tetangga kamarnya. Matanya berkaca-kaca
tak berkedip masih menatap pintu di depannya. Pria eksekutif itu seperti
tercekik napas. Gadis itu, dia? Dia? Dia adalah sosok yang dirindukannya. Ecce,
gadis bugis dari timur peta. Gadis yang menggantung mahasiswa jawa kere yang makan
saja susah apalagi untuk melamar anak perempuan orang, menggantung macam
jemuran selama 6 tahun. Ia pun seperti tertarik ke masa abu-abu.
Dari
angkatan Ecce, ada tiga puluh mahasiswa yang wisudanya tertunda, termasuk Joko.
Kini laki-laki kurus itu menunggunya setia di depan gedung Soedarto dengan
tulisan yang dipegangnya sungguh-sungguh. ‘Untuk yANG PAliNg kusukAI’.
"Apa
ini?' tanya Ecce penasaran ketika laki-laki berkulit sawo itu menyerahkan
hadiah wisuda teman angkatannya itu. Benar-benar hadiah yang tidak jelas
bentuknya!
"Baca
sendiri donk," jawab Joko mesem-mesem.
"Huh
gombel!" Gadis itu pun mengambilnya.
"Yes,
kamu terima!" Joko melompat girang, mengepal kedua tangannya berseru
sembari menatap gadisnya yang hari itu benar-benar cantik dengan riasan wajah.
Mungkin saat menikah nanti, Ecce akan lebih cantik dari hari ini.
Ecce
tertawa. "Iyalah ini hadiah wisuda." Gadis itu tak tahu maksud teman
konyolnya itu. Dia masih membolak-balik kertas misterius yang dipegangnya.
"Itu
DPnya doank, dua nol rupiahnya akan aku cari, tunggu aku!" sahut laki-laki
dengan logat ngapaknya itu menatap serius.
"Apaan
sih?" Ecce lagi-lagi membolak-balik tulisan segi-empat yang dihias cantik.
Di bagian tersembunyi ia menemukan uang lima puluh ribu yang sudah
ditandatangani dengan materai 6000.
"Apa maksudnya ini?" tanya Ecce. Joko
tersenyum manis. Membuat Ecce kikuk. "Kamu pikir aku penjual bakso?
Dikasih duit?" Ia tertawa. Dibacanya lamat-lamat tulisan yang dibold
dan kapital.
‘Untuk
yANG PAliNg kusukAI’. Uang Panai.
“Hah? Diterima tidak, ya?” desisnya membuang muka.
Senyum
gadis itu sendu. "Thanks ya." Ecce mengembalikan hadiah itu. Seketika
senyum yang sedari tadi mengambang dari wajah laki-laki itu langsung menghilang
seperti buih dalam kisah Mermaid. Mata Ecce berkaca-kaca dibuatnya, merasa
bersalah. Joko hanya bisa terdiam, hanyut akan kesetiaannya yang dibawa bersama
ombak kepahitan.
“Apa Ecce masih menganggapku laki-laki bejat?”
desisnya setelah kembali menjelajahi bagian memorinya yang begitu menyakitkan. Paska
mempersiapkan semuanya dengan matang. Tangannya yang gemetar dipaksanya untuk menekan
tombol dan menempelkan gagang telpon itu ke telinganya.
"Halo … aaa … ass …
sa … hmm … assalamu'alaikum? Ecce?”
"Iya … ini
siapa?" Suara khas gadis yang teramat sangat
dirindukan itu terdengar menjawab.
"Oh, wa'alaikumsalam.”
Joko
pun menarik napas.“Ini aku. Coba lihat di
samping jendelamu!"
Telepon
ditutup. Ecce sungguh bingung, suara laki-laki itu begitu khas seperti Dante,
mantan teman SMAnya. Apa penulis itu bersamanya?
Ecce tersenyum merona. Lalu dia mengintip dari jendela.
Untuk
yANG PAliNg kusukAI. “Ini, kan?”
Ecce bergumam lirih, menutup mulut tak percaya. Kertas putih A4
telah ditempel di jendela kamarnya, beberapa huruf tertentu dibold dan dikapital. Membentuk dua kata
ajaib yakni 'Uang panai'. Tetiba dari kamar sebelah seseorang menyanyikan lagu
dangdut berjudul Cinta Suci seperti dalam film Menggapai Cintamu. “Apa-apaan ini? Ada orang gila di samping
kamarku!” Ecce tertawa.
Kasihku
sayangku
Aku
bahagia
Aku
datang melamarmu
Kan
ku jadikan permaisuri
Oh
kasihku oh sayangku
Pria
yang mirip Dante itu melirik ke jendela tetangga. Ia tertawa kikuk. Meremas
jemarinya. Apakah kali ini gadis bugis itu akan menolaknya lagi, lagi, dan lagi
setelah berkali-kali dia meminta? Bahkan laki-laki itu telah meminta Ecce sejak
ia masih menjadi mahasiswa baru!
Mengingat
perjuangannya yang sangat gagah melebihi laki-laki bugis manapun. Dari
berjualan tahu jamur, piscok, freelance
menggambar hingga kerja di proyek. Semuanya demi Ecce. Sayangnya, gadis bugis
itu tak pernah meliriknya ada di muka bumi. Mungkin bagi Ecce, Joko, seorang
laki-laki berkumis lele itu seperti hantu. Sosoknya tidak pernah
diperhitungkan. Antara ada dan tiada!
Meskipun
begitu, Joko tetap tabah. Dan, jika ada kesempatan, dia akan mencoba terus
hingga Ecce dimiliki seseorang. Barulah ia mengerek bendera kekalahan atau
menelan pil pahit. Atau bahkan, mungkin Joko akan menunggu Ecce sampai
menjanda. Gila memang laki-laki jawa ini! Sukses dalam karir tapi amat payah
dalam soal percintaan.
Di
balik itu semua, Joko selalu mengemas hal serius menjadi ringan, dan selalu
bersikap santai meskipun dia sebenarnya sangat gugup. Karenanya dia dengan
kesungguhan hati bernyanyi untuk melamar Ecce meskipun suaranya seperti burung
bangau. Pria pemilik kisah cinta yang nyata, mencintai Ecce apa adanya, mencintai seorang gadis bugis yang uang
panainya seperti biaya orang naik haji. Bagi orang jawa, apalagi pria sederhana
seperti Joko sungguh luar biasa dia mau memiliki seorang Ecce.
Sayangnya, Joko atau Rama Dana. Laki-laki
yang terkenal penyuka dunia malam di Poncol Semarang, sering main perempuan dan
minum sejak bergelut di dunia proyek. Dia menjadi seperti itu lantaran patah
hati teramat patah sebab gadis yang menjadi cinta pertamanya telah dilamar
orang. Apakah kali ini Ecce akan menerimanya?
No comments:
Post a Comment