Saturday, July 11, 2020

Aku Datang Melamarmu


satujam.com

Pemuda eksekutif itu hendak kembali ke kamar mem-packing barang-barangnya, setelah itu ingin melihat kondisi project yang baru di-meeting-kan tadi pagi di ruang konvensi. Diliriknya bukaan yang menghadap lantai bawah di tempat terbuka. Di situ ada sosok yang asyik dengan gadget-nya. Ia pun berpaling, kemudian melangkah lurus. Gadis itu begitu mirip dengan sosok yang diliriknya di dalam lift. Beberapa saat kemudian dia sadar dan kembali. Ternyata gadis itu telah beranjak. Maka pria berpakaian rapi itu mengikutinya.

Di koridor hotel. Dia mencium bau itu lagi! Bau melati yang dirindukannya. Hatinya pun tak karuan.“Kenapa dia seperti kuntilanak yang muncul terus tiba-tiba hilang?” desisnya cemas. Ia pun mengikuti wangi yang ditinggalkan sosok itu.

Gadis yang ternyata dicari itu berhenti tepat di samping kamarnya. Ia kemudian masuk. Saat menutup pintu sosok itu selintas melirik ke depan. Diam sudah tubuh laki-laki itu macam batu nisan, memandang wajah tetangga kamarnya. Matanya berkaca-kaca tak berkedip masih menatap pintu di depannya. Pria eksekutif itu seperti tercekik napas. Gadis itu, dia? Dia? Dia adalah sosok yang dirindukannya. Ecce, gadis bugis dari timur peta. Gadis yang menggantung mahasiswa jawa kere yang makan saja susah apalagi untuk melamar anak perempuan orang, menggantung macam jemuran selama 6 tahun. Ia pun seperti tertarik ke masa abu-abu.

Dari angkatan Ecce, ada tiga puluh mahasiswa yang wisudanya tertunda, termasuk Joko. Kini laki-laki kurus itu menunggunya setia di depan gedung Soedarto dengan tulisan yang dipegangnya sungguh-sungguh. ‘Untuk yANG PAliNg kusukAI’.

"Apa ini?' tanya Ecce penasaran ketika laki-laki berkulit sawo itu menyerahkan hadiah wisuda teman angkatannya itu. Benar-benar hadiah yang tidak jelas bentuknya!

"Baca sendiri donk," jawab Joko mesem-mesem.

"Huh gombel!" Gadis itu pun mengambilnya.

"Yes, kamu terima!" Joko melompat girang, mengepal kedua tangannya berseru sembari menatap gadisnya yang hari itu benar-benar cantik dengan riasan wajah. Mungkin saat menikah nanti, Ecce akan lebih cantik dari hari ini.

Ecce tertawa. "Iyalah ini hadiah wisuda." Gadis itu tak tahu maksud teman konyolnya itu. Dia masih membolak-balik kertas misterius yang dipegangnya.

"Itu DPnya doank, dua nol rupiahnya akan aku cari, tunggu aku!" sahut laki-laki dengan logat ngapaknya itu menatap serius.

"Apaan sih?" Ecce lagi-lagi membolak-balik tulisan segi-empat yang dihias cantik. Di bagian tersembunyi ia menemukan uang lima puluh ribu yang sudah ditandatangani dengan materai 6000.

 "Apa maksudnya ini?" tanya Ecce. Joko tersenyum manis. Membuat Ecce kikuk. "Kamu pikir aku penjual bakso? Dikasih duit?" Ia tertawa. Dibacanya lamat-lamat tulisan yang dibold dan kapital.  

‘Untuk yANG PAliNg kusukAI’. Uang Panai.

“Hah? Diterima tidak, ya?” desisnya membuang muka.

Senyum gadis itu sendu. "Thanks ya." Ecce mengembalikan hadiah itu. Seketika senyum yang sedari tadi mengambang dari wajah laki-laki itu langsung menghilang seperti buih dalam kisah Mermaid. Mata Ecce berkaca-kaca dibuatnya, merasa bersalah. Joko hanya bisa terdiam, hanyut akan kesetiaannya yang dibawa bersama ombak kepahitan.

Apa Ecce masih menganggapku laki-laki bejat?” desisnya setelah kembali menjelajahi bagian memorinya yang begitu menyakitkan. Paska mempersiapkan semuanya dengan matang. Tangannya yang gemetar dipaksanya untuk menekan tombol dan menempelkan gagang telpon itu ke telinganya.

"Halo … aaa … ass … sa … hmm … assalamu'alaikum? Ecce?”

"Iya … ini siapa?" Suara khas gadis yang teramat sangat dirindukan itu terdengar menjawab. "Oh, wa'alaikumsalam.” 

Joko pun menarik napas.“Ini aku. Coba lihat di samping jendelamu!"

Telepon ditutup. Ecce sungguh bingung, suara laki-laki itu begitu khas seperti Dante, mantan teman SMAnya. Apa penulis itu bersamanya? Ecce tersenyum merona. Lalu dia mengintip dari jendela.

Untuk yANG PAliNg kusukAI.Ini, kan?” Ecce bergumam lirih, menutup mulut tak percaya. Kertas putih A4 telah ditempel di jendela kamarnya, beberapa huruf tertentu dibold dan dikapital. Membentuk dua kata ajaib yakni 'Uang panai'. Tetiba dari kamar sebelah seseorang menyanyikan lagu dangdut berjudul Cinta Suci seperti dalam film Menggapai Cintamu. “Apa-apaan ini? Ada orang gila di samping kamarku!” Ecce tertawa.

Kasihku sayangku
Aku bahagia
Aku datang melamarmu
Kan ku jadikan permaisuri
Oh kasihku oh sayangku

Pria yang mirip Dante itu melirik ke jendela tetangga. Ia tertawa kikuk. Meremas jemarinya. Apakah kali ini gadis bugis itu akan menolaknya lagi, lagi, dan lagi setelah berkali-kali dia meminta? Bahkan laki-laki itu telah meminta Ecce sejak ia masih menjadi mahasiswa baru!

Mengingat perjuangannya yang sangat gagah melebihi laki-laki bugis manapun. Dari berjualan tahu jamur, piscok, freelance menggambar hingga kerja di proyek. Semuanya demi Ecce. Sayangnya, gadis bugis itu tak pernah meliriknya ada di muka bumi. Mungkin bagi Ecce, Joko, seorang laki-laki berkumis lele itu seperti hantu. Sosoknya tidak pernah diperhitungkan. Antara ada dan tiada!

Meskipun begitu, Joko tetap tabah. Dan, jika ada kesempatan, dia akan mencoba terus hingga Ecce dimiliki seseorang. Barulah ia mengerek bendera kekalahan atau menelan pil pahit. Atau bahkan, mungkin Joko akan menunggu Ecce sampai menjanda. Gila memang laki-laki jawa ini! Sukses dalam karir tapi amat payah dalam soal percintaan.

Di balik itu semua, Joko selalu mengemas hal serius menjadi ringan, dan selalu bersikap santai meskipun dia sebenarnya sangat gugup. Karenanya dia dengan kesungguhan hati bernyanyi untuk melamar Ecce meskipun suaranya seperti burung bangau. Pria pemilik kisah cinta yang nyata, mencintai Ecce apa adanya, mencintai seorang gadis bugis yang uang panainya seperti biaya orang naik haji. Bagi orang jawa, apalagi pria sederhana seperti Joko sungguh luar biasa dia mau memiliki seorang Ecce.  

Sayangnya, Joko atau Rama Dana. Laki-laki yang terkenal penyuka dunia malam di Poncol Semarang, sering main perempuan dan minum sejak bergelut di dunia proyek. Dia menjadi seperti itu lantaran patah hati teramat patah sebab gadis yang menjadi cinta pertamanya telah dilamar orang. Apakah kali ini Ecce akan menerimanya?




No comments:

Post a Comment