Wednesday, November 21, 2018

Hantu SOSMED

Image result for hantu cantik
Hantu SOSMED

1/4 abad umurku, tapi aku takut hantu! Waktu masih bau kencur, aku adalah korban bully. 

Saat bangun jam 00.00 WIB pada malam jumat untuk menunaikan hajat, tetiba di belakang, kulihat kain putih tanpa kepala bergerak horor, tak sengaja, aku histeris teriak, kaki pun kena air seni, dan ternyata itu masku yang juga bangun lalu memakai mukena ibuk, yang lebih parahnya ia pun tak luput dari cipratan air, urea, garam dan materi organik lainnya yang dinamai air kencing.

Sejak saat itu, segala bau horor di depan, aku musnahkan! Wajahku bertekuk tiga melihat kiriman cerpen beberapa peserta yang berbau-bau misteri. Pengen rasanya aku delete aja tuh berkas, tapi kasihan! Itu namanya tidak profesional!

Beberapa hari kemudian, aku sengaja melakukan siaran langsung di sosmed, memberikan tips menulis cerpen bagi penulis pemula, berkumur-kumur di depan laptop, tanpa memperlihatkan wajah antikku, hanya suara, kedua tangan pun mengetik. Tak disangka fansku banyak juga, banyak yang memuji suaraku yang asyik dan ganteng. 

*** 
Pukul 00.00 WIB aku terbangun, karena kebanyakan ditraktir kopi di kantor tadi sore, aku pun  iseng, kumelirik email kantor di androidku, "Ada pesan baru!" gumamku. Aku bernapas lega, untung bukan cerita horor lagi, peserta kali ini namanya cantik, nama penanya Luna Maya, kumulai baca karyanya. Kupegang perutku, ujung mata langsung berembun. "Gila nih cewek, koplak banget cuk!"

Bahkan sampai sad ending, aku tetap ngakak. Asyik banget rasanya ini cewek, sayangnya, yang dikirim itu beberapa fiksi mini, tapi yang disebutnya cerpen. Aku pun berniat melakukan siaran langsung lagi di sosmed. Untuk menjelaskan kembali aturan mainnya.

Beberapa cerpen yang dikirim Maya masih menggentayangiku, gadis berumur 20 tahun itu menulis cerita tentang penderitaannya yang mengasyikkan dan dibawa santai. Meski gaya cerita koplak, tapi selalu ada pesan tipis yang disampaikan. Kutatap fotonya, nampak rambut panjang Maya tergerai, asal dia jangan keluar malam-malam dengan rambut panjang terurai, susah bedainnya! Di foto, kulitnya putih pucat, dia cantik tapi horor, untungnya karakter kepenulisannya asyik dan hidup. 

Bahkan aku sebagai salah satu tim penyeleksi karya pun dibuat terbayang, dan menebak apakah ini kisah nyata, dan pengalaman penulis? Sumpah aku penasaran!

Aku mulai menjelajahi beberapa tulisan peserta, mulai dari karya penulis pemula dan senior, memiliki karakter dan kekhasan sendiri. Ada yang begitu romantis, menambah gairah, membuat melo, atau sad ending, terbawanya aku kedalam cerita-cerita mereka, berarti berhasil menciptakan tulisan yang hidup, tapi, tidak semua tulisan mampu diterima, dilihat dari kesesuaian tema dan pesan!

Pukul 00.00 WIB kuterbangun, tapi tak menemukan email dari Maya, mungkin gadis timur itu sudah berbahagia dengan hidupnya, sehingga tidak mengirimkan cerpen lagi. Dan jujur aku penasaran setiap karyanya, meski hanya sedikit karya yang bisa tembus, tapi aku suka karakternya, dari gaya penulisan, sudah mampu kubayangkan sang penulis seperti apa, kesehariannya, pengalamannya, sifatnya, karena secara tak langsung penulis itu akan mencipta karakter dan cara pandang sesuai dengan dirinya.

"Kamu pernah naksir cewek gak?"

Aku tersedak, kemeja putihku kesembur kopi mocca, "Ancuk! Apa maksudmu nanya begituan? Aku tuh normal!"

"Jangan marah, loh, ya! Itu aku loh yang traktir!" Adi tersenyum meneguk kopi susunya, "tapi aku
gak pernah tuh lihat kamu lirik-lirik ciwik."

"Malas! Takut dosa!" Aku tertawa. Entah tetiba aku mengingat sosok itu, Luna Maya, begitu menggentayangi ruang hatiku, seperti hantu. Kadang aku ingin menghubunginya, tapi malu!n Gak profesional! Ini kan masalah kotroversi hati, bukan pekerjaan!

Hingga, jam 00.00 malam jumat, aku membuka email, mangap mulutku melihat kiriman cerpen darinya, kulahap habis itu cerpen tanpa kedip, sampai sakit perutku terobok, saking kocaknya.

Aku siap menghubungimu, mengatakan dari 7 cerpen yang kamu kirim, hanya 2 yang lolos, tapi tak apalah, aku yakin dengan karaktermu yang kuat dan unik, pasti banyak yang akan menyukai karyamu, seperti aku, yang telah jatuh hati.

"Halo selamat malam?" Kupilih waktu di luar jam kantor, biar tidak dibully Adi dan kawan-kawan. Apalagi sebenarnya tidak harus calling, bisa pake email untuk konfirmasi.

"Iya, ini siapa ya?" 

Aduhai Ibuk, aku bisa mendengar suara itu, suara bahagia dan seperti lagi tersenyum. Terbayang wajah ceria Luna Maya di foto.

"Ini Luna Maya?" tanyaku penasaran. Di sana senyap, hanya berdeham kecil jawabnya, "saya Jaka, tim redaksi, mau mengkonfirmasi kalau cerpen yang mbak kirim, dari 7 cerpen, kami menerima 2, dan honornya sudah ditransfer di rekening mba Luna," Aku merona, gugup rasanya. Mataku membesar, kudengar di sana, hanya ada suara isakan, mungkin Maya begitu bahagia, karyanya bisa lolos.

"Terima kasih banyak, ya, Mas."

"Sama-sama Mba Luna," jawabku malu, seperti berbicara pada kekasih yang dirindu.

"Maaf, mas, sebenaranya saya bukan Luna, saya kakaknya, Lunanya sudah... gak ada sejak setengah tahun yang lalu, dia kecelakaan." Gadis itu mengatur napas, "adik saya Luna, suka banget menulis, tapi gak sempat ngirim tulisannya, nah, saat itu saya lagi kerja dan ngebuka tulisannya di laptop yang biasa Luna pinjam buat nulis, nah, saya kirim deh tulisannya setelah nyelesain tugas, maaf, ya, Mas, kalo ngirimnya tengah malam."

Aku tak tahu cara bernapas! Tubuhku beku, mataku berputar, kulirik ke samping, sosok putih di antara remang-remang berdiri mematung. Melihat ke arahku!

Aku pingsan. 

Sayup-sayup kudengar hantu-hantu itu mengobrol.

"Woi Jakaaa!"

"Sudah kubilang, kan? Jaka itu penakut banget, lepas, tuh, mukenaku, ntar kotor!"

Adi begitu bingung, ia menyuruh Sri menaruh kue ulang tahunku ke meja, dan membantu menyeret tubuh kurusku yang terkapar di atas lantai.

No comments:

Post a Comment